Senin, 12 November 2018

A FLASH FICTION WRITTEN BY ME #2: AYAH

(Writer notes : Akhirnya bisa nyelesaiin flash fic setelah sekian lama. Ini kutulis kemarin malam, dan baru sempat kuupload pagi ini. Untuk pembaca, kemarin kan, Hari Ayah Sedunia. Sudahkah kalian ungkapkan perasaan kalian padanya? Jika belum, ungkapkanlah sekarang. Jika terlalu sulit mengungkapkannya dengan kata, tuliskan saja. Jika masih juga sulit, peluk saja tubuh rapuhnya. Untuk kalian yang tak lagi memiliki sosok Ayah, hadiahkan untaian doa untuk Ayahmu. Ungkapkan perasaan sayangmu pada Ayahmu melalui Dia yang menciptakanmu :) Aaaanyway, i hope you enjoy reading hehe. As always, i'll be happy if you leave some comments, critics, or suggestions!^^ It makes my writing skills developed :D  )


Nada tengkurap di tempat tidur, kepalanya bersandar pada guling empuk. Nada baru saja berusaha memaksakan diri untuk hidup normal sebagaimana mestinya, tapi dunia kembali memukul mundur harapannya. Dada nada sesak dipenuhi amarah. Tangannya mengepal, terbesit rasa ingin meninju apapun di hadapannya. Es krim. Dia butuh itu saat ini. Fakta bahwa dia bahkan tak bisa keluar membeli es krim membuat amarahnya semakin menjadi Perasaan bencinya kepada manusia semakin masuk akal, pikirnya. Kenapa dunia sangat menentang keinginannya untuk hidup tenang sekali saja? 

Nada membiarkan air mata hangat membasahi pipinya, mendarat di gulingnya. Nada memejamkan mata, setengah memeluk gulingnya erat. Ia membayangkan ayahnya mengelus rambutnya lembut, sambil tersenyum memandangi dirinya tertidur. Nada tak bisa memungkiri bahwa ia rindu momen itu. Momen dimana tangan ayahnya membelai rambutnya. Momen dimana ia bersandar pada bahu sang ayah dan sang ayah tersenyum. Momen dimana tubuhnya berada dalam dekapan erat satu satunya lelaki yang menjadi teman dalam hidup Nada. Lelaki yang tahu apa yang ada di pikirannya bahkan ketika Nada  termenung dalam dunianya sendiri. Lelaki yang memberi rasa aman kapanpun dia bersamanya. Lelaki pertama yang hatinya tercabik jika ada sesuatu yang menyakiti Nada dan membuatnya menangis. Dan yang terpenting, orangtua yang selalu bilang bahwa dia anak yang baik, meski Nada merasa dia takkan pernah bisa jadi anak yang baik untuk orangtuanya sampai ia mati.

Kapanpun dunia menyulitkannya, orang pertama yang Nada ingat dan rindukan adalah orangtuanya. Dua orang manusia yang menurut Nada tak pantas dianugerahkan pada orang berkepribadian tidak baik seperti dirinya.

"Ayah, aku kangen. Aku butuh kalian. Aku merasa nggak bisa menghadapi ini sendirian.", gumam Nada sembari menangis terisak. Tangisannya kian menjadi hingga akhirnya ia sudah berada di alam mimpi.

***

Sabtu, 24 Februari 2018

A FLASH FICTION WRITTEN BY ME #1: TERLAMBAT

(Writer notes : I will keep practicing to write some flash fiction from now on, so if you read this, gimme' some feedback! Terrible feedback is acceptable. Thanks :D)
"Nor..nora, lo yakin?", Dave iseng membuka percakapan sambil terus berjalan dengan radius 5 meter di belakang sahabatnya.
"Yakin apa?", Nora menjawab malas.
"Yakin lo gasuka sama gue? Gue yakin seribu persen gue cowo pertama yang nembak lo terang terangan!  Masa lo ga baper?", goda Dave, mencoba menggoyahkan keputusan Nora menolak pernyataan cintanya di sekolah kemarin
"Narsis."
Nora tahu betul jawaban singkat yang keluar dari mulutnya itu tidak sejalan dengan suara hatinya. Nora tahu betul tindakan Dave kemarin adalah salah satu dari daftar impiannya yang menjadi kenyataan. Kebahagiaan yang membuncah di hati Nora sangat kontras dengan raut wajahnya saat ini. Ia ragu terhadap sikap Dave yang cenderung mudah berubah dan asal asalan. Bermacam pikiran tentang kondisi keluarga dan tuntutan dunia yang seolah tak ada habisnya sudah cukup memenuhi otaknya. Bagi Nora sudah tidak ada ruang untuk memikirkan hal klise seperti cinta dan rasa suka.
"Kejam lo, Nor!
Dave seketika menghadang langkah kaki Nora, memasang raut wajah kecewa.
"Gue mau jalan sendiri aja dari sini., Nora mengeluarkan ultimatum tak langsung.
"E...eh, iya iya gue diem. Jangan marah. Gue cuma pengen ikut lo beli alat kimia daripada ngendep di lab berdua sama Bu Saroh. Lo tau kan kalo dia lagi cerita soal suaminya kayak orang lagi nge-rap.", bujuk Dave.
DAVE!
Nora terbangun dengan wajah pucat pasi. Nafasnya tersengal sengal. Seketika ia terhenyak, mencoba mencerna apa yang barusan terjadi. Dari sudut matanya, tampak air mata menetes. Rupanya sosok lelaki yang ia cintai dan tanpa disadari juga mencintai dirinya tanpa syarat, kembali dijumpainya dalam mimpi. Perasaan Nora terkoyak akan luapan rindu terhadap lelaki itu. Nora menutup wajahnya, membenci kenyataan kalau lelaki yang pernah ia ragukan ketulusan cintanya sudah pergi ke dimensi diluar  jangkauannya.

***